Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
1.
Pengertian
Model learning cycle 5E
Learning
Cycle 5E adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered). Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
Learning cycle 5E merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan
IPA. Learning
cycle 5E dikembangkan
berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa
seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh
guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar
IPA pada setiap siswa kita. Guru harus menemukan cara-cara memahami
pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang
kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan
konstruksi pengetahuan.
Pembelajaran siklus (Wena, 2011:170) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis.
Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Siklus belajar merupakan
salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang pada mulanya
terdiri atas tiga tahap yaitu:
a.
Eksplorasi (exploration)
b.
Pengenalan konsep (concept
introduction), dan
c.
Penerapan konsep (concept application)
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan.
Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri atas
tahap (a) pembangkitan minat (engagement),
(b) eksplorasi (exploration), (c)
penjelasan (explanation), (d)
elaborasi (elaboration/extention),
dan (e) evaluasi (evaluation). dalam
penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah Learning cycle lima tahapan.
2.
Tahap Pembelajaran Learning Cycle 5E
Pembelajaran
learning cycle terdiri dari lima tahap (Lorsbach, 2002) yang
terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement),
eksplorasi (exploration), penjelasan
(explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).
a.
Tahap Pembangkitan Minat (Engagement)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus
belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat
dan keingintahuan (curiosity) siswa
tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan
dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban,
kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan, kemudian guru perlu
melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini
guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa
dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
b.
Tahap Eksplorasi (Exploration)
Pada tahap eksplorasi dibentuk
kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk
bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam
kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis
baru, mencoba alternatif pemecahnnya dengan teman sekelompok, melakukan dan
mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.
Pada tahap ini guru berperan sabagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya
tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah
benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah sebagian benar.
c.
Tahap Penjelasan (Explanation)
Pada tahap penjelasan guru dituntut
mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran
sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling
mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya diskusi
tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas,
dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
d.
Tahap Elaborasi (Elaboration)
Pada
tahap ini pengalaman baru dirancang untuk membantu siswa membangun pemahaman
yang lebih luas tentang konsep yang telah diterangkan. Siswa memperluas konsep
yang telah dipelajari, membuat koneksi dengan konsep lain yang berhubungan,
serta mengaplikasikan pemahaman mereka dalam dunia nyata. Siswa bekerja secara
kooperatif, mengidentifikasi dan menyelesaikan aktifitas baru.
Pada tahap ini guru berharap siswa menggunakan definisi,
identifikasi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk
menerapkan atau memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru.
e.
Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap evaluasi, guru dapat
mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa
dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari
jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh
sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi
tentang proses penerapan model learning cycle yang sedang diterapkan,
apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang.
Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan
atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam strategi
pembelajaran learning cycle seperti yang telah dipaparkan, diharapkan
siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk
menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang
dipelajari. Perbedaan mendasar antara
model pembelajaran learning cycle 5E dengan pembelajaran konvensional
adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu. Kelima tahapan siklus belajar 5E dapat
digambarkan seperti dibawah ini.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar (Learning Cycle)
5E
Menurut Cohen dan Clough (dalam Wibowo, 2010:2)
penerapan model learning cycle 5E memberi keuntungan sebagai berikut :
a.
Meningkatkan
motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
b.
Membantu
mengembangkan sikap ilmiah siswa.
c.
Pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model learning
cycle 5E yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut :
a.
Efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran
b.
Menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran
c.
Memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
Memerlukan waktu
dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
Sumber :
-
Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool
for Planning Science Instruction. Tersedia: www.coe.ilstu.edu/
-
Wena,
Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
-
Wibowo, Arie. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Siklus Belajar (Learning
Cycle) 5E dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa
Kelas VII SMPN 1 Lembang Tahun Ajaran 2009/2010).
No comments:
Post a Comment